Diklat SERGUR

Pengalaman unik ini saya alami beberapa hari yang lalu tepatnya dari tanggal 21 Juli 2010 sampai 30 Juli 2010 ketika harus mengikuti diklat sertifikasi guru biologi Jawa Barat rayon 34 Universitas Pasundan. Bagaimana uniknya? yah, sebenarnya saya agak malu (terutama pada Pak Joko dan Bu Mariyam, mantan Dosen saya, tapi untungnya beliu belum tahu minimal sebelum tulisan ini diposting)dan juga merasa heran, kok saya didiklat ya? bagaimana gak malu dulu saya ketika masih di Yogya bersama Pak Joko,Bu Mariyam,Pak Prawoto, banyak diskusi dan mengembangkan tentang BELAJAR DAN PEMBELAJARAN, BELAJAR BEGAIMANA BELAJAR,MEDIA PEMBELAJARAN, TEORI-TEORI BELAJAR IPA, menyusun buku ajar Biologi SMA,bahkan ikut menguji MICRO TEACHING bagi pengambil Akta IV di UPSB IKIP YOGYAKARTA dan lain-lain kegiatan yang saya ikuti atas kebaikan beliau, dan saya harus di Diklat di Jawa Barat ini. What its mean? I am not the professional itulah kenyataannya. Saya tidak profesional jadi guru berdasarkan penilaian portofolio ah suatu paradoks bahkan ironis mungkin.
Perasaan gak nyaman saya rasakan awal menginjak kota Bandung ketika akan mengikuti diklat, tapi di dalam taksi sepanjang perjalanan ke lokasi saya berpikir-tepatnya menghibur diri- "ah mungkin ada sesuatu yang lain, minimal kenal guru-guru biologi di Jawa Barat, ini bukan Yogya, gak ada yang kenal siapa saya, aman lah! Seandainya ini di Yogya pasti ada komentar Hah kamu didiklat? yang benar nih? Cape deh"
Ketika sampai di lokasi -katanya sih hotel- ampun deh tempat yang -maaf- boleh dikatakan hampir kumuh, diklat coy gak usah protes he he he.
Ada 30 orang guru Biologi dari wilayah Bandung Barat, Cianjur, Purwakarta, Subang, dan Karawang yang harus mengikuti diklat, and most of them adalah ibu-ibu, ya dimana-mana juga begitu komposisi guru biologi. Acaranya kuliah-kuliah dulu -banyak yang ngasihnya gak lengkap karena kami dianggap sudah pada paham, aneh?-, perubahan jadwal -tepatnya ganti pembicara, lagu lama banyak yang gak jadi ngisi kuliah, bahkan ada yang satu orang merangkap banyak materi, artinya yang ngomong ya itu-itu saja-, o ya teman-teman nunjuk saya jadi ketua kelas -kaya murid aja ya?-.
Saya bertugas ngedarkan presensi tiap sesi.Eh ada yang aneh panitia gak kenal yang istilahnya presensi alias daftar hadir, nah lo, kenalnya ABSENSI alias daftar yang tidak hadir, wk wk wk. Tapi mungkin ada benarnya ya, sebab nyatanya ada-mungkin banyak- yang bolos alias kabur kalau malam hari, wajarlah kangen keluarga, he-he-he.

Yuk bikin buku kenangan ! usul beberapa teman. Nah mulai menikmati rupanya mereka, senasib sepenanggungan. Saya buatkan biodata, Pak Dadang (SMAN 1 Ciasem, makasih Pak!) yang ngetik dan cari printer setengah mati, tapi dapat juga di sekretariat. lalu dicopy dan diedarkan. Saya baru tahu kalau banyak teman-teman ini yang sedang atau telah menempuh S2 -tapi harus diklat juga hi-hi-hi-

Penutup acara kuliah ada Ujian tulis. Ini unik lagi nih, ujian ini lebih ke arah penjajagan yang dipunyai peserta daripada penguasaan materi yang telah dikuliahkan.
Ada yang ketakutan ga lulus dibela-belain nyontek -lupa kali kalau dirinya guru-

Akhirnya tiba saatnya harus praktek mengajar! Malam-malam semua pada sibuk buat RPP, uniknya semua pada bingung karena banyak versi buat RPP yang benar -makin gak jelas aja- Saya juga bingung tapi saya ingat perkataan Pak Joko dulu yang namanya RPP, Satpel, SAP (Satuan Acara Perkuliahan) sama aja yang penting TIU, TIK, Metode dan media,Urutan penyampaian (pembukaan, inti, penutup, Evaluasi. Udah.

Diantara dengkur teman sekamar yang saling bersahutan (saya satu kamar dengan bapak-bapak yang udah sepuh guru fisika SMP 6 Karawang Barat)saya susun RPP, tulis tangan gak ada komputer. Buat media carta sederhana. Buat LKS, nah selesai deh. Saya salut pada bapak-bapak ini bisa tidur nyenyak, tapi saya gak kuatir kulihat mereka sudah berbekal RPP tulisan tangan dari rumah dan sudah siap media seabreg. dan saya lihat RPP beliau sudah bagus. Pernah saya tanya" Pak RPP ini yang buat bapak sendiri? Udah bagus lho?" " Ya, saya sendiri waktu itu ada pilot project tentang LESSON STUDY"jawab beliau "wah hebat dong, kalau gitu tenang aja Pak, ini RPP udah bagus" timpalku.

Kelas dipecah jadi kelas kecil-kecil, masing-masing 10 orang, untuk peer-teaching.
Semua bikin skenario, teman-temannya diatur untuk bertanya ini-itu. Saya bingung jadinya -saya paling ga suka diatur-atur, gak natural-. Peer teaching berjalan hambar, gak ada greget. Kenapa panitia gak 'pinjam' sekolah untuk acara real teching aja ya? pasti lebih seru! dan menantang. -ga mau repot kali panitia- Dan dijamin pasti ada yang terkencing-kencing takut..hii.
Giliranku maju,- saya sengaja gak bikin skenario, biar natural apa adanya- Aneh teman-teman belum tahu materi yang saya ajarkan,buktinya mereka sungguh-sungguh mengerjakan LKS yang saya buat. Akhirnya, komentar dari dosen, " Bapak saya jadi ingin lihat lagi portofolio bapak, ini ngajarnya udah baik, RPP udah baik, kenapa Bapak didiklat?" kata beliau pakai bahasa Sunda yang halus. Saya bingung harus jawab apa. pertama gak paham bahasa Sunda halus, yang kedua pertanyaan itu sama dengan yang ada di benak saya "Mengapa aku didiklat ya?"
Kelas heboh, RPP, LKS tulisan saya diphotocopy rame-rame, hehehe padahal tulisan jelek.

Refleksi (pinjam istilah yang dipakai di RPP), akhirnya saya selesai mengikuti diklat. dan saya jadi tahu bahwa; Guru-guru biologi di Jawa Barat yang ikut diklat dengan saya, ada yang tidak sesuai latar belakang pendidikannya (Sarjana Pertanian, Sarjana Bahasa), ada yang jam terbangya masih rendah, ada yang ambil S2nya ga sesuai ngajarnya, ada yang gak percaya diri (RPP download dari Internet), ada yang kabiasaaan baca nya masih kurang, ada yang maksain pengin dapat sertifikasi. Yah mudah-mudahan lulus semua (ada juga yang khawatir gak lulus.Dan mudah-mudahan silaturahminya terjalin terus -walau agak pesimis, menurut pengalaman cuma sejenak kenal lalu lupa, ga papa saya sudah terbiasa-. Tapi dari semuanya saya dapat pengalaman unik, sepotong puzzle gambaran masyarakat pendidik di Jawa Barat.(Yo2k @ KRW)

Komentar